Mari Menuju Muara
sampaikan pada tanah yang memahat namamu
kita, sedang sama-sama mengeja
sebuah balada dalam buku harian
yang pernah koyak di musim lampau
di kaki-kaki waktu pencarian
kita, telah sama-sama basah dan gelisah
ribuan diksi dan imaji berhambur
menerka...
mengkaji kabut
melukis harap disetiap wajah kekasih
kini ...
tak ada notasi penuh isak sajak
sepoi ilalang berimbun tinggi
terus bertabur fonem yang tak lagi mati
aku harap engkau mau ...
sebab aku juga mau
mari, menunggang gelombang mengurai buih
mari, bermain riak ombak
seperti angsa putih
tentu saja aku mau ...
jika kau pun juga mau
mari, melantun aroma segala gelora
merenda ulang warna-warni senja
memintal rindu malam
merisalahkan reranting menjadi pena
dan sampaikan ....
pada pintu masa yang telah kita pilih
bahwa kita, telah sampai pada sebuah bianglala
disana ...
segala air kembali menjadi tinta
disana ...
segala air nadi menuju muara
Komentar
Posting Komentar